Thursday, January 10, 2008

Manifesto OKI

07/08/2006

Saya berandai-andai, skenario seperti ini akan terjadi. Semua negara berpenduduk mayoritas muslim kompak berkumpul di sebuah pertemuan semacam Organisasi Konferensi Islam (OKI) guna membahas langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menanggapi kebiadaban Israel saat ini. Dari pertemuan itu, secara ajaib mereka sepakat mengeluarkan Manifesto OKI yang tercatat sebagai pesan OKI paling bertenaga, menyentuh, dan ikut mendorong percepatan kemerdekaan Palestina dari Israel, persis seperti rekomendasi Konferensi Asia Afrika (KAA) yang mengilhami kemerdekaan banyak negara berkembang di tahun 1960-an. Jika pengandaian ini boleh diteruskan, rumusannya saya buat begini:

Buat nurani-nurani kemanusiaan yang masih hidup di Israel sana dan di Amerika....

Salam perdamaian,

Kami, negara-negara yang tergabung dalam OKI, dengan ini memaklumkan sudah perlunya memilih jalur jihad melawan Israel dan Amerika, demi tegaknya kemanusiaan bangsa Palestina. Kami telah lelah menyaksikan didukungnya kesemena-menaan Israel oleh Amerika, baik berupa pasokan senjata-senjata pembunuhan manusia-manusia tak berdosa di Palestina dan Lebanan sana, maupun di meja-meja perundingan yang menjadi ajang pembenarannya.

Kami sudah letih menghadapi tekanan publik dalam negeri kami, agar aspirasi mereka soal konflik Arab-Israel tersalurkan secara lebih efektif, berhasil nyata, bukan hanya retorika. Kami tak kuasa lagi membendung gelombang mujahidin yang tak mampu menahan amarah mereka untuk terbang ke Israel sana guna menyapa bangsa yang terbukti hanya paham bahasa senjata. Untuk itu, mohon maaf kalau kami suatu saat terpaksa memfasilitasi mereka untuk sampai kesana, betapapun konyolnya itu dipandang dunia. Sebab mereka sudah tahu, badan-badan yang berwenang untuk menjaga perdamaian dunia, pun sudah juga Anda sandera.

Kami tak peduli lagi jika dicap mensponsori terorisme, karena terorisme yang sesungguhnya, dengan cara yang jauh lebih sistematis dan makan lebih banyak korban, telah dilakukan Israel secara amat rasialis, dan hampir selalu dibenarkan Amerika, sejak pertengahan abad lampau. Sudah pupus kesabaran kami untuk menyaksikan diindahkannya hak-hak bangsa Palestina untuk merdeka dan berdaulat di darat, laut, dan udaranya sendiri, sampai di milenium ketiga ini.

Ketahuilah, cara-cara moderat yang sedapat mungkin kami tempuh dalam menyikapi tontonan pelecehan nilai-nilai kemanusiaan Palestina dan tetangga-tetangganya oleh Israel yang berdaya dan didukung kekuatan adidaya, telah cukup lama menyiksa batin kemanusiaan kami.

Di dalam negeri, kami sudah tak tahan mendengar ejekan kaum esktremis sebagai rezim-rezim banci dan agen-agen kapitalisme global, hanya karena kami selalu menempuh jalur moderasi dan berusaha bijak dalam menanggapi isu-isu Palestina. Engkau Isreal dan Amerika, pasti tahu pasti bahwa ekstremisme dan terorisme yang kini menghantui dunia, tak lain juga buah dari ketidakadilan yang kalian pertontonkan secara telanjang, baik di Tepi Barat dan Jalur Gaza, maupun di meja perundingan yang curang dan culas di Washington dan Camp David sana.

Tahukah Anda siapa yang sebenar-sebenarnya paling menderita karena ulah para ekstremis dan teroris itu?! Para teroris itu, telah berulang-ulang melakukan aksinya di medan yang salah, karena counter-terrorism yang hendak mereka tujukan pada Anda, berulang-ulang kami cegah, sehingga tak sejengkalpun menginjak tahan Anda, kecuali sekali-dua.

Akhirnya, mereka membom Bali, Jakarta, Kairo, Jeddah, Beirut, Bombai, bahkan London dan Madrid, kota-kota yang tak sepenuhnya terkait ulah Anda. Hampir tak terhitung jumlah bom yang sudah mereka ledakkan di Baghdad, Karbala, Tikrit, Bashrah, dan kota-kota Irak lainnya, dan itu demi melawan Anda. Di negeri kami, karena tindakan amanusiawi seperti itu, mereka telah pula kami hukum. Bagi kami, itu semata-mata demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Tapi, mereka menuduh kami sedang membela Anda.

Pernahkah terpikir oleh Anda bahwa semua itu mereka lakukan karena akar persoalannya masih Anda abaikan dan ingkari; tak kunjung menarik minat Anda untuk diselesaikan?! Selagi pengakuan hak-hak bangsa Palestina untuk merdeka dan berdaulat di darat, laut, dan udaranya, selalu Anda hambat, yakinlah bahwa terorisme akan selalu menghantui dunia. Kalau itu belum terselesaikan, usaha kami yang tertatih-tatih untuk menguatkan dan membudayakan iklim toleransi, moderasi, dan perdamaian, baik di negeri kami maupun di dunia ini, hanya akan sia-sia belaka.

Karena itu, hentikan horor ketidakadilan ini, atau dunia akan jadi neraka yang tak hanya mengusik kenyamaman hidup kami, tapi juga Anda dan dunia umumnya! Stop berilusi bahwa kekuatan senjata akan selalu mampu menaklukkan batin segolongan manusia untuk bebas dari penjajah. Andai nurani Anda masih menyala, kami bersedia menjadi mitra percepatan kemerdekaan Palestina dan pembentukan tatanan dunia yang lebih berkeadilan dan berkemanusiaan. Mungkin impian kita sama, yaitu menciptakan dunia yang nyaman ditempati, tidak hanya oleh Yahudi, tapi juga Muslim, Kristen, Konfusius, Hindu, Budha; dari segala ras, segala bangsa, dan segala agama.

Mustahilkah mewujudkan impian itu?! Salam damai, OKI. [Novriantoni]

No comments: